Menjelajahi Kehidupan Manusia Purba: Sejarah Museum Sangiran yang Mendunia

Penulis: Syarifa Farah Azizah

Museum Manusia Purba Sangiran di Sangiran, Kabupaten Sragen, menjadi warisan bersejarah yang mendunia, Kamis (23/5/2024). (Foto: Syarifa Farah Azizah)

SRAGEN– Ketika pertama menapakkan kaki ke dalam Museum Manusia Purba Sangiran pada Kamis (23/5/2024), saya seperti sedang diajak kembali ke masa lalu saat kehidupan kemanusiaan baru dimulai. Ribuan artefak purba disajikan depan mata disertai dengan penjelasan sejarahnya. 

Museum Purba Sangiran berada di wilayah Sangiran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Museum ini memiliki tiga ruang pamer dengan koleksi yang beragam.

Ruang pamer pertama memamerkan koleksi fosil manusia dan hewan purba dari situs Sangiran. Ruang kedua menampilkan cerita sejarah bagaimana proses terjadinya penciptaan manusia secara visual dan auditori. Ruang pamer ketiga menampilkan gambaran kehidupan manusia purba dengan lingkungan hidupnya. 

Seluruh koleksi dalam Museum Manusia Purba dirawat serta dijaga secara ketat. Terdapat tulisan ketentuan jarak bagi pengunjung yang ingin melihat koleksi, ada beberapa koleksi pula yang dipagari dengan tali merah. Tetapi, ada juga koleksi fosil hewan purba yang secara legal diperbolehkan untuk pengunjung sentuh dan rasakan. 

Salah satu koleksi yang dilindungi dan dijaga ketat oleh pihak museum, Kamis (23/5/2024).
(Foto: Syarifa Farah Azizah)

Pihak pengelola Museum Manusia Purba, Reza (30) menceritakan sejarah pembangunan museum ini dimulai pada tahun 1926 ketika Jawatan Pertambangan Hindia Belanda melakukan survei awal situs Sangiran. Lima tahun kemudian, L.J.C. van Es melakukan pemetaan situs Sangiran. Barulah setelah itu mulai ditemukan beberapa temuan purba di Sangiran.

“Temuan perdana di Sangiran oleh G.H.R von Koenigswald berupa alat serpih pada tahun 1934. Sedangkan, temuan Homo erectus pertama di Sangiran ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald pada tahun 1936,” cerita Reza kepada saya pada Selasa, (28/5/2024).

Reza mengatakan bahwa terjadi sebuah proyek penelitian Paleoantropologi Nasional yang melibatkan UGM, Jawatan Purbakala, dan Jawatan Geologi pada tahun 1962. 

“Kemudian, kajian artefak batu Sangiran tahun 1968 oleh Henrik Robert van Heekeren dengan beberapa arkeolog Indonesia yang dimuat pada buku the Stone Age of Indonesia. Penemuan terus berlanjut sampai pada akhirnya, tahun 1969 ditemukan fosil tengkorak Homo erectus terlengkap di Asia dan temuan ini disebut Sangiran 17,” sambung dia.

Reza menjelaskan pula bahwa masyarakat Sangiran ikut serta dalam penemuan berbagai bentuk fosil. Penggalian pertama di Ngebung, dilakukan oleh R.P. Soejono yang kemudian barulah didirikan Balai Penyelamatan Fosil Sangiran yang merupakan awal mula pendirian Museum Sangiran.

“Pada tahun 1977, didirikan Museum Prasejarah Sangiran di rumah Kepala Desa Krikilan kala itu dan melalui keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 070/0/1997 kawasan Sangiran ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya,” jelas dia.

Reza menyampaikan pada tahun 1984 terjadi sebuah kerjasama penelitian antara Pusat Penelitian Arkeologi terpadu (Puslit Arkenas) dan Museum National d’Hietorie Naturelle Perancis. 

Sekitar 12 tahun kemudian atau pada tahun 1996, barulah Situs Sangiran ditetapkan sebagai warisan dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

“Pada tahun 2007 dibentuk Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMP Sangiran) untuk perlindungan dan pengelolaan Situs Sangiran. BPSMP Sangiran ini berada dibawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud,” ungkap dia.

Di tahun 2014, serangkaian museum baru diresmikan secara bertahap. Seperti, Museum Ngebung, Museum Bukuran, Museum Dayu, dan Museum Lapangan Manyarejo. Jadi, BPSMP Sangiran mengelola lima klaster Museum Manusia Purba Sangiran, yaitu Klaster Krikilan, Klaster Ngebung, Klaster Bukuran, Klaster Dayu, dan Museum Lapangan Manyarejo. 

“Dua tahun lalu, tahun 2022, Pengelolaan seluruh klaster Museum Manusia Purba Sangiran berada dibawah Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (Indonesian Heritage Agency) yaitu sebuah badan layanan umum di bawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud yang bertanggung jawab atas 18 unit Museum dan Galeri serta 34 Cagar Budaya Nasional yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia,” pungkas dia. 

Reza menambahkan bahwa Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (Indonesian Heritage Agency) sendiri memiliki visi untuk menjadi institusi yang bersifat kolaboratif dan mendorong daya cipta, perubahan sosial, serta pembangunan masyarakat yang berbudaya.

Kini, Museum Manusia Purba Sangiran menjadi warisan Nusantara yang mendunia dan sangat terkenal baik dalam negeri maupun mancanegara.

Salah satu bentuk pameran yang dipamerkan berupa proses sejarah didirikannya Museum Manusia Purba Sangiran, Kamis (23/5/2024). (Foto: Syarifa Farah Azizah)

Seiring berjalannya waktu, museum ini terus berkembang dan meluas serta bertambah pula koleksinya. Seperti yang dikatakan salah satu pengunjung, Windari (43) yang berasal dari daerah Ngemplak, Boyolali.

“Perasaan saya ketika masuk ya kagum mbak. Bagus makin berkembang kelengkapan sejarahnya. Dulu, saya ke sini sama teman SMP untuk belajar masih sedikit mbak koleksinya. Jadi sekarang saya coba ke sini lagi untuk bernostalgia mengingat masa muda eh malah kaget lihat bangunannya bertambah besar,” cerita dia kepada saya pada Kamis (23/5/2024). 

Terlihat pengunjung sedang menikmati koleksi pameran Museum Manusia Purba Sangiran di Sangiran, Kabupaten Sragen, Kamis (23/5/2024). (Foto: Syarifa Farah Azizah)

Museum Sangiran ini berada dalam wilayah strategis sehingga mudah dijangkau. Harga tiket yang ditawarkan yaitu Rp 15.000 bagi warga lokal dan Rp 30.000 bagi pengunjung mancanegara.

Harga masuk museum tersebut bisa dikatakan murah dan sangat worth it, seperti yang diungkapkan oleh pengunjung lainnya, Suratmi (51) yang berasal dari Solo.

“Untuk harga tiket Rp 15.000 doang itu termasuk murah ya mbak, soalnya luas dan koleksinya lengkap jadi tidak rugi. Apalagi buat anak-anak sekolahan atau kuliah yang mau belajar gini,” ungkap dia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA

Zaman Sekarang Anak Muda Harus Kepo Politik, Ini Alasannya

Kembalilah Jiwaku